Sebanyak 20 orang tokoh masyarakat, tokoh agama dan
tokoh adat Lembata melakukan pertemuan dengan Bupati Lembata yang difasilitasi
oleh Kapolres Lembata, berlangsung di Rumah Jabatan Bupati hari Sabtu, 13 April
2013. Rangkaian kegiatan yang dipandu langsung oleh Sekretrais Daerah Kabupaten
Lembata Drs. Petrus Toda Atawolo, M.Si telah menyita waktu selama + 3
jam tersebut, dapat dipaparkan secara lengkap sesuai hasil liputan Staf Bagian
Humas dan Teknologi Informasi (sdr. Dami Dudeng) berikut ini :
Kapolres Lembata (Fasilitator) :
Pertemuan
di RJB hari ini adalah dalam rangka dialog dengan beberapa tokoh masyarakat dan
tokoh agama sehubungan dengan Kamtibmas di daerah kita.
Menyikapi
berbagai situasi yang berkembang di Lembata akhir-akhir ini sehubungan dengan
adanya gangguan Kamtibmas sehingga pada beberapa waktu yang lalu, saya selaku
penanggung jawab keamanan di daerah menghimpun para tokoh agama dan tokoh
masyarakat, tokoh adat dan tokoh pemuda untuk bersama-sama mencari solusi untuk
bagaimana menyikapi berbagai persoalan yang kemungkinan akan membawa akibat di
daerah ini.
Karena
menurut pengamatan Kapolres, masalah Kamtibmas bukan semata menjadi tanggung
jawab aparatur POLRI tetapi menjadi tanggung jawab seluruh warga negara yang
membutuhkan kedamaian, ketenteraman dan ketenangan dalam menjalankan
aktivitasnya sehari-hari, sehingga telah dua kali saya melakukan pertemuan
dengan para tokoh dimaksud yang hasilnya disimpulkan bahwa berbagai persoalan
yang akan dibicarakan mengarah kepada pembentukan suatu situasi yang aman dan
terkendali.
Dari
berbagai pertimbangan, masukan dan saran itulah, saya melakukan upaya
koordinasi dengan Bupati sehingga hari ini bisa bertemu di RJB, untuk bagaimana
kita bersinergi, membahas berbagai persoalan dan selanjutnya mengambil
langkah-langkah penyelesaian, sehingga apa yang mungkin terjadi dapat
dieliminisir agar daerah ini diharapkan tidak terjadi gangguan Kamtibmas yang
tidak diharapkan teristimewah masyarakat Lembata pada umumnya.
Sebagai
penggagas pertemuan tersebut, saya berharap agar pertemuan ini dapat mencari
solusi terbaik untuk menciptakan situasi yang aman, tertib dan kondusif di
wilayah ini.
Dan Inilah tukilan pertanyaan dan
pernyataan 14 orang dari 20 tokoh yang menghadiri kegiatan tersebut :
1.
Petrus Boliona Keraf :
Kami sudah dua kali pertemuan.
Pertemuan pertama dengan tema Kamtibmas, membuat saya kaget karena pada saat
itu ada tersebar informasi bahwa saya akan ditunjuk menjadi orator dan pemimpin
demo. Bahwa masalah keamanan dan ketertiban masyarakat sebenarnya merupakan
masalah sebab dan akibat. Dan ada sesuatu yang terjadi dalam masyarakat yakni
di lapisan bawah dan di permukaan yang menyebabkan ada ekspresi seperti demo
dan lain sebagainya, dua kali pertemuan dan disimpulkan bahwa “kami mendukung
demo” karena demo itu adalah sarana demokrasi, sebagai alat untuk mengungkapkan
hal-hal yang mungkin saja pandangan masyarakat yang belum klop dengan kebijakan
Bupati. Ketika saya menjadi Penjabat Bupati, juga ada masyarakat yang mendemo
saya tentang KKN (Keraf, Kobus dan Nikodemus). Saat itu protokol sdr. Rasidin
Razan masuk dan melapor kepada saya, bahwa masyarakat sudah datang demo. Saya
tanya, saya harus buat apa ? Katanya, bapa terima saja. Kalau saya terima saja,
saya harus omong apa ? dan mereka memberikan saran, dan saya keluar terima para
pendemo. Saya berdiri di tempat dimana
bapa biasa berdiri sebagai inspektur upacara pada saat 17 Agustus, dan saya
dengan senyum menerima mereka, dan saya turun dari tangga, menyapa mereka
dengan baik dan ada seorang ibu yang menangis di bahu saya, dan rasa hangatnya
air mata ibu itu masih terasa sampai saat ini. Dia bilang, Bupati begitu baik
kok kita masih mau datang demo kepada dia. Itu soal teknik, jika kita bukan
Bupati maka tidak mungkin orang datang demo. Terima demo itu, tetapi atas saran
dari para tokoh masyarakat, asalkan mereka dasari dengan kehendak-kehendak baik
untuk lewotanah. Dan alasan-alasan yang mereka kemukakan itu dapat dibenarkan
dari aspek sosial politik maupun hukum.
Kami tekankan kepada mereka supaya substansi masalah yang
mau diungkapkan itu jangan mengulangi lagi Nazarudin yang mengatakan “Katanya,
katanya”, dengar-dengarnya Bupati bikin ini dan itu, tetapi tidak dapat
dibuktikan secara hukum.
Kami mengadakan pendekatan tanggal 10 April pada
pertemuan kedua, saya tugaskan Nadus Sesa untuk memantau pertemuan mereka, dan
hasilnya dilaporkan kepada saya. Nyatanya, maskud mereka itu adalah baik. Hanya
kita tekankan bahwa temuan kamu tersebut harus dapat dibuktikan, dan dapat
dibenarkan menurut hukum. Fakta itu tidak boleh dikarang.
Hal yang ketiga, kalau memang dirasa bahwa ada temuan
yang ada indikasi pidana maka sampaikan saja kepada aparat penegak hukum dan
asal jangan memfitnah. Saya tidak mau dan tidak setuju jika ada fitnah dalam
demo. Lembata bisa rusak kalau kita saling finah. Hormati pemimpin supaya
pemimpin bisa menghormati rakyatnya.
Kita juga meminta supaya demo mereka digelar dengan
santun, tertib dan tidak boleh melanggar hukum dan jangan memfitnah.
Kami juga meminta kepada Kapolres agar jangan
memberikan ijin kepada kelompok tandingan
untuk berdemo. Jika demo tandingan terjadi, maka dua kepentingan yang
berbeda, yang masing-masingnya berhati panas bisa tercipta kerusuhan yang besar
dan kerusuhan itu mahal sekali. Kejadian di Ambon, Palopo dan lain-lainnya,
penuh tangis air mata sampai hari ini.
Kami juga meminta kepada Bupati, para tokoh yang ada
agar jangan mengkotak-kotakkan orang-orang kita untuk mendukung kita karena
kepentingan pribadi. Jangan mengkotak-kotakkan karena dasar agama, karena dasar
orang se Kecamatan, dan lain-lain. Dan lebih berbahaya.
Ada informasi yang beredar bahwa ada kelompok muda-muda
Katholik akan mengusir orang Binongko dari Lembata dan saya tidak tanggapi.
Siapa yang mengotaki semua itu ?
Kalau memang ada temuan yang baik menyangkut Bupati,
maka DPRD juga harus menyikapi secara santun. Kami tidak mau melihat wakil kami
ribut gaduh kalau bersidang dan memperlakukan Bupati secara tidak protokoler
sebagai seorang pejabat yang harus dihormati di negeri kita. Sikapilah kalau
kamu berhak menyikapinya, kalau kamu membenarkan laporan dari para penggerak
aksi demo, maka panggil Bupati untuk dengar pendapat tetapi bukan dengan ribut
gaduh yang tak tentu arah. Saya 15 tahun menjadi DPRD Propinsi, 10 tahun jadi
DPR Pusat dan 5 tahun jadi DPRD Lembata (jabatan Ketua). Saya selalu tegur
anggota DPRD yang marah-marah atau meneriaki Bupati. Tetapi sekarang ini eranya
berbeda, dimana mereka boleh marah Bupati sesuka hati.
Kalau memang ada temuan yang dibenarkan, maka diminta
kepada DPRD untuk mengambil sikap sesuai dengan Tatib Dewan, untuk memproses
Bupati, mau bikin jatuh atau impeachmet Bupati, terserah saja, tetapi dengan
cara terhormat karena orang Lembata terkenal dengan cara terhormat, bukan
dengan cara-cara kampungan, dan saya tidak setuju.
Kalau mau kampungan di kampung sana dan bukan disini,
karena ruangan disini adalah ruangan wakil rakyat yang terhormat. Kalau tidak
hormati Bupati lalu nanti siapa yang hormati dia ? Kalau dia salah yah…. proses
dia, ada tatib DPRD, tetapi kami para orang tua sedih melihat tata cara mereka.
2.
Bernadus Sesa Manuk :
Saya tahu tentang demo itu ketika
saya diminta oleh Kapolres dan diinformasikan bahwa akan ada demo. Dalam
pertemuan pertama, saya pernah mengatakan bahwa mungkin ada Link yang tersumbat
sehingga penyalurannya tidak ada, baik ke DPRD maupun ke pemerintah. Jadi sikap
kami, biarkan saja, asal jangan Khaos dan jangan ekstrim.
Dalam
pertemuan kedua, terbukalah berbagai isu bahwa ada banyak sms yang beredar
tentang sikap pemuda Katolik dan lain-lainnya, dan saya mengatakan kepada
Kapolres bahwa Kapolres harus hati-hati karena itu hanya pengalihan isu. Ada
pihak ketiga yang mau memperkeruh keadaan ini. Dan saat itu saya mengusulkan
agar Kapolres bersama anggotanya berupaya agar jangan ada demo tandingan disaat
itu. Dan kepada saya Kapolres menitipkan pesan untuk mengadakan pendekatan
dengan para pemuda, dan saya sudah laksanakan itu sesuai amanat dari Piter
Keraf, dan saya menghadiri pertemuan dengan para pemuda yang akan berdemo
tersebut. Intinya bahwa mereka akan bacakan narasi yang akan dibawakan saat
demo yang rata-rata mengacu pada UU nomor 32 tahun 2004 dengan berbagai pasal
mengenai sumpah jabatan dan lain sebagainya. Intinya bahwa mereka tetap berdemo
dalam suasana damai, dan sasarannya cuma satu yaitu ke DPRD dan DPRD bisa
membentuk pansus untuk membahas berbagai dugaan yang dimunculkan dalam demo.
Kami
mencoba mengorek apa yang menjadi bahan mereka untuk berdemo tetapi mereka
mengatakan bahwa sangat rahasia, jadi mereka tidak bisa membocorkannya sebelum
demo karena mereka ada bentuk yang
namanya Tim Lima untuk investigasi.
Mereka
akan melakukan demo damai dan kepada semua peserta demo akan diberikan tanda
khusus dan berjalan dalam barisan yang dibatasi dengan tali untuk menghindari
penyusupan. Kelihatannya mereka sendiri sudah mengamankan kondisi ini. Kami
minta Bupati menerima hal ini dengan lapang apalagi sasaran demo nanti bukan ke
Bupati.
3.
Muhammad Siong :
Pada pertemuan dengan Kapolres hampir
semua permasalahan berkembang disana, dan rata-rata para tokoh ini sudah pernah
membentuk kelompok untuk memberikan usul saran dan masukan kepada Bupati. Tetapi
pada dua kali pertemuan itu, sesuai apa yang saya tangkap bahwa apa yang
disampaikan oleh para tokoh tersebut kelihatannya tidak mendapat tanggapan yang
baik atau implementasinya belum sepenuhnya.
Tentang isu SARA dan lain-lain, di forum kami tidak
menanggapinya. Dan isu itu hanyalah untuk orang-orang yang punya kepentingan
saja atau oleh orang picik yang menciptakannya.
4.
Mikhael Sabon Odel :
Saya perlu mengapresiasi kepada Kapolres yang telah menggagas
untuk mempertemukan kita di tempat ini. Mengenai berbagai persoalan kamtibmas
yang merebak dalam masyarakat, akar masalahnya adalah kepentingan. Akar
masalahnya adalah proyek, karena proyek-proyek besar tidak dibagikan secara
merata dan diberikan kepada orang tertentu.
Oleh karena itu patut diduga telah
terjadi kong kalikong antara para pejabat dengan kontraktor yang ada sehingga
bisa terjadi masalah seperti yang diutarakan tadi. Oleh karena itu, setelah
usainya pertemuan ini Bupati harus menyadari kekurangan sebagai manusia, kalau
ada kekeliruan dalam hal ini tolong diatur secara baik supaya peristiwanya
jangan terulang lagi. Kita melihat bahwa, sebagai masyarakat Lembata perlu kita
mengapresiasi kepada Bupati karena Bupati kita ini punya semangat membangun
yang militan sehingga kita sekarang sedang menikmati hasil pembangunan yang
sudah dan sedang berlangsung ini. Oleh karena itu, kepada kita semua yang
menghadiri pertemuan pada hari ini jangan terprovokasi oleh orang tertentu karena
masa depan Lembata ke depan tidak terlepas dari peran kita para tokoh yang ada.
Karena itu, dengan pertemuan ini bisa ditemukan solusi untuk meredam berbagai
rencana yang sedang bergejolak dalam masyarakat.
Menurut
saya, Bupati Yance baru saja menjalankan tugas sekitar 1 tahun lebih, sementara
usia Bupati juga masih sangat mudah. Olehnya Bupati perlu pendampingan, dan
hendaknya pendampingan itu bukan orang perorangan tetapi oleh sebuah badan yang
kalau boleh disebut sebagai badan penasehat Bupati. Apabila usulan ini tidak
terakomodir dalam struktur maka harusnya ada kebijakan lokal yang perlu
dipertimbangkan.
Saya
juga mengusulkan kepada para pemimpin dari pihak mana saja termasuk Bupati,
untuk mencoba membuka diri supaya bisa dikoreksi oleh orang lain. Dan kepada
para korektor supaya menggunakan kata-kata yang bermoral dan beretika, dan
jangan asal omong karena kita ini orang berbudaya. Sebagai masyarakat kami
merasa menyesal juga setelah membaca dari surat kabar tentang bagaimana
perlakuan dari anggota DPRD kita terhadap Bupati. Dan itu sangat disesalkan
juga. Andaikata oleh DPRD merasa bahwa Bupati ada kelemahan dan kekurangan maka
sebaiknya disampaikan secara terbuka, sehingga Bupati juga bisa merubah pola
kepemimpinannya itu.
5.
Rasidin Razan :
Hasil pertemuan kami dengan Kapolres
diantaranya adalah soal Kamtibmas dan harmonisasi atau hubungan antara Eksekutif
dan Legislatif. Akhir-akhir ini kelihatannya tidak harmonis. Kalau ke dua
lembaga ini saling terus berseteru lalu bagaimana pembangunan ini bisa berjalan
normal.
Jadi pertemuan para tokoh dimaksud
adalah untuk memfasilitasi agar kedua lembaga ini bisa rujuk dan saling
bersinergi yang harmonis sehingga tidak mengganggu jalannya pembangunan dan
pemerintahan.
Perihal
demo yang diungkapkan tadi, dan saat itu koordinator demo juga dihadirkan, dan
saat itu ada usulan dari salah satu Suster bahwa karena pada saat demo itu
bertepatan dengan UN yang merupakan peristiwa nasional jadi kalau boleh
diundurkan. Kami juga mengusulkan agar saat berdemo sebaiknya membawa serta
dengan data yang akurat. Jangan sampai bila tidak ada data yang akurat maka
akan menjadi bumerang bagi kita sendiri. Jadi hasil kesepakatan kita hari ini
dengan beberapa pikiran dan masukan berarti nantinya akan menjembatani aspirasi
dari pertemuan disini dengan pihak demonstran agar kalaupun tetap demo maka
tetap berkomitmen dengan berbagai masukan tadi.
6.
L. H. Ndapamerang :
Saya memberikan apresiasi kepada Kapolres yang memediasi
pertemuan ini, karena sebagai masyarakat Lembata, perihal pembangunan bukanlah
tugas pemerintah semata, tetapi tugas kita semua termasuk warga masyarakat.
Yang dikhawatirkan adalah kami masyarakat pada umumnya, kami mendengar dan
melihat. Dan justru karena itulah maka kami datang ke sini untuk memberikan
informasi kepada Bupati. Semua sudah jelas bagi kita dan kita semua sebagai
tokoh dan panutan yang hadir saat ini, bahwa sekarang yang menjadi buah bibir
masyarakat adalah soal ketidak-harmonisan antara Bupati dan Wakil Bupati.
Jika hal itu benar maka lewat kesempatan ini juga sebaiknya
dibicarakan memang di tempat ini, supaya ada jalan keluar yang dapat dicarikan
untuk bisa merujuk hubungan yang harmonis antara Bupati dan Wakil. Sebab, ada
orang yang menggunakan kesempatan untuk mengadu domba, dan ini yang perlu
dijaga. Kita semua para tokoh harus memberikan pikiran dan masukan kepada
Bupati dan dilanjutkan juga kepada Wakil Bupati dengan Kapolres tetap menjadi
mediatornya. Sedangkan harmonisasi dengan DPRD adalah unsur kecil, wakil rakyat
biasanya sudah begitu. Kita upayakan agar hubungan Bupati dan Wakil Bupati
jangan menjadi batu sandungan. Dan pihak ketiga akan menggunakan kesempatan ini
untuk mengadu domba.
7.
Stanis Kapo Lelangwayan :
Saya sedikit mengungkapkan beberapa
informasi yang berkembang untuk didengar bersama. Kepada Bupati disarankan,
kalau ada demo maka tolong diterima secara baik, tetapi apabila saat demo
Bupati tidak ada di Lembata, maka harap disampaikan kepada para pejabat yang
ada bahwa sekembalinya Bupati ke Lembata baru boleh berdemo sehingga ada
kepuasan dari pihak pendemo.
Saya
juga meminta dengan hormat supaya jangan ada demo tandingan. Pertanyaannya,
siapa yang menghasut sehingga akan ada demo tandingan ? Kalau sampai ada demo
tandingan maka Kapolres diminta untuk menangkap dan memproses orang yang
mengotaki hal itu.
Saya terima informasi bahwa pada saat Paripurna, ada
massa dari Kedang yang katanya mau kawal Bupati. Apakah di Lewoleba kurang
personel Polisi dan Pol PP ? Di mana-mana orang omong tentang orang Kedang
saja, saya jadi malu karena sebagai Ketua Ikatan Keluarga Kedang di Lewoleba.
Terus terang, saya tidak pernah meminta proyek apa-apa, dan saya bukan penjilat.
Saya mendukung pembangunan di Lembata ini.
Dulu saat demo anti tambang, sebetulnya saya dapat uang
banyak karena saya jagonya, tetapi saya tidak seperti itu. Dan apabila
informasi tadi benar adanya, maka saya minta supaya lain kali jangan seperti
itu lagi.
Bapak Bupati jangan takut, di Lewoleba ini aman,
masyarakat juga belum tentu mendukung orang-orang yang berdemo itu.
Ada juga wacana yang berkembang, bahwa katanya,
pertemuan tanggal 12 Desember 2012, yang membicarakan tentang pemilik tanah yang
ada di pinggir jalan Lewoleba, katanya ada uang ganti rugi. Apa benar informasi
tersebut ? Saya kira mereka ingin memboikot pelebaran jalan tersebut dengan
meminta uang ganti rugi.
Tentang penggusuran jalan, diminta supaya timbunan batu
pasir serta tanah yang beronggokan di pinggir jalan segera diuruk dan ditimbun.
Masyarakat sedang mengeluhkan hal ini, dan jangan tunggu lama lagi untuk
diuruk. Jadi, setelah pertemuan ini, harap supaya besoknya kontraktor segera
menguruk timbunan yang ada. Sudah terima proyek banyak, lalu tidak segera
mengerjakannya. Kami tidak pernah kerja proyek, tetapi tahu tentang itu, masa
timbun dan uruk saja susah sekali.
Ada isu tentang jembatan yang rusak di depan Lembata
Jaya Motor, kenapa belum dikerjakan juga ?
8.
Hendrik Mosa Langobelen :
Secara pribadi saya menyampaikan
kepada Kapolres Lembata yang mengundang kami, dan kami memandangnya sebagai
sebuah kehormatan. Kita para tokoh yang hadir di sini terbagi atas dua, dan
saya termasuk dalam kelompok di luar forum. Dari dua kali pertemuan para tokoh
lewat forum tersebut mungkin sudah bisa ada gambaran yang diterima lewat
beberapa masukan tadi. Dari masukan tadi, forum sudah bisa mengambil langkah
dan solusi untuk penyelesaiannya lewat Kapolres yang menjadi mediatornya.
Forum
ini sudah tahu dari beberapa kejadian pada lembaga tertentu, oleh karena itu
forum ini jangan hanya datang bertemu dengan Bupati saja, tetapi harus juga ke
DPRD dan kelompok demo seperti yang diutarakan tadi.
Saya
rasa kita di Lembata tidak mengharapkan adanya demo. Kalau memang sudah ada
forum, maka sudah tentu isu atau informasi yang diangkat tadi menjadi masalah
tetapi lewat forum tadi bisa melakukan pendekatan dan memberikan penjelasan
“apa gunanya demo”. Saya berharap supaya
forum ini harus melakukan pendekatan juga ke lembaga DPRD, karena menurut saya mereka
disana adalah wakil rakyat Lembata yang tahu aturan. Jangan sampai seperti
pengalaman yang diangkat pa Stanis tadi, bahwa apa yang mereka angkat itu
mungkin di luar aturan, bisa juga tidak pas dengan aturan. Tetapi karena di sana
ada kekebalan hukum maka mereka boleh berbicara seenaknya saja lalu mereka boleh
membatalkan sesuatu. Dan hal itu sebenarnya salah.
Di
Lembata juga ada rapat koordinasi para Muspida, maka bila ada isu atau
kejadian-kejadian tertentu perlu juga diredam oleh Muspida tadi. Kalau forum
Muspida tadi sudah bisa berjalan maka saya rasa pembangunan dan pemerintahan di
Lembata ini berjalan dengan aman.
9.
Suster Alfonsa, CB :
Pertama mengenai keresahan yang
terjadi akhir-akhir ini di Lewoleba khususnya. Sudah beberapa kali terjadi
dimana anak-anak muda di Lewoleba menyerobot masuk ke lokasi asrama, dan entah
pakai ilmu apa, mereka masuk ke dalam kamar anak asrama remaja putri dan
mencuri HP. Menurut kami, geng anak muda yang berulah nakal tersebut rasanya
sudah tersebar pada beberapa lingkungan di Lewoleba.
Yang
kami lihat bahwa beberapa barang komoditi di pasar harganya sudah mencekik
leher dan sangat mahal yang seolah-olah lagi berlomba menaikan harganya. Kami
hampir tak bisa makan sayur dengan puas. Apakah ini juga menjadi pemicu bagi anak-anak
muda untuk membuat kerusuhan ? Setiap kali ada kejadian, kami hubungi polisi,
dan saat itu juga ada patroli polisi yang mengintai di tempat kami, akan tetapi
satu jam lewat para pemuda tadi kembali bikin onar di tempat kami. Kami
mengangkat hal ini untuk memohon perhatian dari Kapolres dan Bupati.
10.
Pius Kulu Beyeng :
Secara pribadi saya mengapresiasi
kepada Kapolres yang telah memediasi pertemuan seperti ini. Yang kedua, belajar
dari pengalaman harian yang kita alami, maka ke depan kita upayakan agar ada
pencegahan dini supaya tidak terjadi lagi hal-hal seperti yang diangkat dalam
pertemuan ini. Alangkah baiknya seperti yang sering dikatakan para orangtua
bahwa sebaiknya ikut aturan dan jangan keluar dari aturan.
Tidak
ada lokasi atau daerah yang bebas nilai. Dan secara umum nilai-nilai tadi harus
tertib, santun dan tidak melanggar hukum. Saya pikir kita bisa kembangkan
pendapat yang telah disampaikan oleh pa Piter Keraf, dan barangkali ada forum
khusus untuk kita hadir dan buat pencerahan, sehingga Bupati bisa
berkonsentrasi pada kebijakan-kebijakan umum.
Berbagai
persoalan yang timbul seperti yang telah disampaikan tadi, boleh jadi karena
ada kecemburuan karena kepentingan. Akan tetapi, apabila ada kebijakan tertentu
yang bisa disosialisasikan, maka dapat dipahami.
Terlepas
dari kebijakan pemerintahan di Lembata, khusus di bidang pembangunan,
sebenarnya di Lembata ini ada kehidupan. Dengan tidak bermaksud untuk
membandingkan dengan pemerintahan pada periode yang lalu tetapi semua kita
pasti tahu bahwa ada dinamika, ada gerakan dan ada kehidupan sekarang ini.
Pemerataan
memang bagus, akan tetapi pemerataan yang berdampak buruk yang berarah kepada
masyarakat maka tidak bisa ditolerir. Kalau ada proyek besar dan diberikan
kepada kontraktor yang Senin Kamis pengerjaannya, saya pikir sudah pernah kita
rasakan pada pemerintahan yang telah lalu.
11.
Rofinus Laba Lazar :
Saya malu ketika diundang sebagai tokoh masyarakat. Atas
dasar dan kriteria apa saya dikategorikan sebagai tokoh masyarakat. Saya adalah
saksi perjalanan Lembata ini. Saya rasa kita rusak jika ada tokoh yang ikut
menyebarkan SMS gelap. Kalau ada tokoh yang ikut berpikir negatif untuk merusak
Lembata, maka Lembata ini mau dibawa ke mana. Saya harap supaya kita yang sudah
tua dan pernah berdinas, maka berilah contoh yanhg baik untuk kehidupan
generasi mendatang. Di desa-desa orang tidak tahu apa-apa tentang berbagai hal
yang kita bicarakan saat ini. Kita tidak bisa maju kalau mental kita sebagai
tokoh masih seperti begini. Seorang Yance Sunur yang sekarang menjadi Bupati,
telah sangat membantu saat perjuangan Lembata menjadi sebuah Kabupaten Otonomi.
Kita selalu bersikap membuang orang
yang berbuat baik untuk daerah kita.
Tolong kita para tokoh harus refleksikan diri dan selanjutnya mampu
menempatkan diri sebagai tokoh.
Satu hal yang perlu kita perhatikan adalah bahwa kita
telah membuang kearifan lokal kita, padahal dengan kearifan lokal itulah yang
telah membantu kita dalam memperjuangkan Lembata menjadi Kabupaten. Sebetulnya
kita semua punya andil dalam memperjuangkan Lembata ini, akan tetapi pada
akhirnya kita sendiri saling tendang dan banting sampai menuai kehancuran
seperti sekarang.
Kita
tidak melarang adanya demo karena Undang-undang telah mengaturnya, akan tetapi
substansi demo harus jelas.
12.
R. R. Atawatung :
Saya juga mendukung demo bahkan saya
juga ikut demo sekalipun saya sudah pakai tongkat karena faktor ketuaan usia.
Saya berharap seorang Yance harus membawa diri sebagai
seorang Bupati Lembata.
Saya
minta supaya jangan tampung anak-anak berandalan yang di telinganya ada
anting-antingan datang ke RJB ini lalu duduk dan berkaraoke seenaknya di sini,
karena ini rumah rakyat.
13.
Pdt. Andreas Mauleti :
Ada begitu banyak isu yang
berkembang. Dan sebagai pimpinan agama, kami juga merasa menyesal karena
informasi itu terus berkembang dan bukan hanya di tingkat lokal tetapi sudah
beredar di dunia maya (internet). Artinya bahwa orang-orang di luar Lembata
juga sudah tahu banyak tentang berbagai informasi miring tentang kondisi
terakhir yang terjadi di Lembata. Padahal kita menjaga, sementara kita semua
ini adalah orang berbudaya dan beragama, dan bukan kota yang religius tetapi
manusia yang religius.
Untuk
itu kepada Bupati saya berharap, harus dilihat bahwa antara Bupati, Wakil
Bupati dan Ketua DPRD adalah satu paket yang tak dapat dipisahkan. Segala
situasi yang ada dan berkembang di Lembata, maka ke tiga pejabat tadi adalah
dalam satu dan harus satu sehingga tidak akan ada lagi isu yang merebak dan
terjadi. Ketika ke tiga pejabat tadi bersatu seperti tiga tungkuh maka tidak
masing-masing akan menggeser dan meredam segala situasi yang sedang berkembang.
Seperti
yang terjadi dalam suasana sidang DPRD bahwa ada yang sampai pukul meja, juga
sudah diekspos ke internet. Dan sebagai tokoh agama saya memandangnya bahwa,
sepertinya sudah tidak ada lagi yang dirahasiakan tetapi seharusnya ada yang
pantas dirahasiakan, karena hal itu adalah rahasia daerah.
Pemberitaan
pada Harian Umum Pos Kupang dan Flores Pos, sepertinya masih ada batasannya,
tetapi pada dunia maya semuanya terungkap dengan jelas.
Bupati
sebagai pemimpin dan orangtua di Lembata
harus segera memikirkan upaya untuk
meredam segala sesuatu yang nantinya akan bermunculan dan membawa dampak yang kurang
bagus. Dan sebagai orangtua, saya minta supaya lebih mengayomi. Artinya bisa
melihat dan mendengar segala yang ada dan bagaimana mengambil langkah
penyelesaiannya.
Sebagai
tokoh agama saya mau katakan bahwa ketika kita menjadi pemimpin maka kita menjadi
pelayan. Padi semakin berisi berarti semakin merunduk.
Saya
berharap agar tim yang sudah terbentuk tersebut harus bisa memediasi tidak
sebatas di tempat ini.
Kalau
ada hal-hal yang terjadi dan bermuara kepada anarkis maka yang malu adalah kita
orang Lembata.
Terakhir
yang mau dipesan kepada para tokoh bahwa Yance dan Viktor adalah anak kita.
Kita yang memilih mereka menjadi Bupati dan Wabup. Karena kita yang menghendaki
mereka menduduki jabatan itu, maka kita tidak boleh berusaha untuk menolak
mereka sampai jatuh. Tetapi mari kita gandeng tangan mereka, berjalan
bersama-sama dengan mereka untuk membangun Lembata ke depan.
Menurut pandangan saya, bahwa Lembata ini sedang dalam
membangun. Oleh karena itu, mari bersama membangun Lembata.
14.
Yoseph Amuntoda :
Kita masyarakat Lembata ini suka
dengarnya yang jelek-jelek tentang Bupati. Apakah Bupati kita tidak pernah
melakukan yang baik-baik ? Lalu yang baik-baik ini kenapa tidak pernah
disampaikan keluar sehingga ada balancenya. Kalau ada kelemahan, pasti juga ada
baiknya. Janganlah kita hanya dengar yang tidak baik meluluh, kalau begitu
Bupati kita ini sudah tidak betul lagi. Sayangnya bahwa sesuatu perbuatan baik
yang pernah dibuat oleh Bupati tidak pernah diekspos ke luar, dan itu
pentingnya peran ekekutif dalam hal ini adalah Bagian Humas. Saya harap supaya
yang pernah dibuat oleh Bupati tentang yang baik itu terus diekspos secara
terus menerus supaya masyarakat bisa tahu dan pemberitaannya jadi berimbang di
mata masyarakat.
Tentang
demo, saya minta supaya biarkan saja mereka menyampaikan aspirasi tetapi dengan
cara yang sopan.
Berikut adalah Tanggapan Bupati
Lembata :
Karena kita mencintai Lembata maka
saat ini kita duduk bersama untuk coba mengolah isu-isu yang belakangan ini mencuat
yang barangkali isu tersebut bisa menjadi gangguan terhadap seluruh proses
pembangunan kita ke depan.
Kemudian, yang ingin saya sampaikan lagi bahwa hari ini
saya memberikan respon yang sangat luar biasa akan hal-hal yang positif itu dan
saya akan bersama tim saya mencoba memilah dan melihat supaya
kebijakan-kebijakan pemerintah daerah adalah kebijakan-kebijakan yang memang
untuk publik di luar kebijakan untuk kepentingan siapa pun. Ini juga saya perlu
sampaikan. Kalau bilang saya tidak tahu bawa diri, maka saya terima karena saya
ini anak kecil. Tetapi ukuran membawa diri itu ukurannya bukan hanya pada
seorang Yance Sunur saja, tetapi sebagai seorang tokoh juga harus pandai-pandai
membawa diri.
Tetapi semua ini saya terima karena saya anak kecil
yang kebetulan dipercayakan sebagai Bupati, saya terima semua itu dan saya akan
koreksi. Dimana kelemahan saya, dan kalau saya bergaul dengan masyarakat kecil
dan duduk makan bersama di pinggir jalan, lalu apakah itu juga salah ? Dan
apakah itu saya tidak bisa membawa diri ? Kalau saya terima orang dengan apa
adanya di RJB ini, dan apakah itu juga saya tidak bisa membawa diri ?
Pola
inilah yang mau kita coba supaya rumah ini bukan menjadi rumah rakyat. Supaya
pejabat itu turun untuk melayani dan bukan masyarakat yang datang melayani.
Itu saya lakukan di mana pun tempatnya, tetapi
pembawaan diri saya ini beberapa kepentingan lain merasa itu menjadi hambatan bagi
orang-orang tertentu, malahan disalah-manfaatkan secara tidak bertanggung
jawab.
Kalau begitu kita buat aturan dengan protokoler yang
benar dan susah ketemu Bupati, dan datang dengan keadaan yang formil benar.
Tetapi saya tidak mau melakukan hal-hal seperti itu. Namun semua itu sebagai
koreksi maka saya terima dan mau robah. Saya akan dengan tim saya yang ada,
baik tim keluarga dan dengan masyarakat dimana saja, apabila saya ke pasar dan
tanya kepada orang di pasar, saya harus buat apa lagi supaya saya ini bisa
dibilang tahu membawa diri.
Saya tahu, bahwa saya ini seorang Bupati dan saya tahu
kapan saya bisa melakukan kekuasaan itu untuk saya tunjukan kemana-mana tetapi
saya juga sebagai pelayan masyarakat dan saya juga turun dan bersama-sama
dengan keadaan diri saya.
Dan saya membuat berbagai pendekatan yang dilakukan
maka kita melihat dimana-mana atau beberapa kegiatan pembangunan dan apakah
situasi masyarakat itu ikut dilibatkan juga.
Ada
dua hal yang saya tangkap tadi yakni masalah harmonisasi dan masalah proyek
termasuk satu kasus tentang jembatan di depan Lembata Jaya Motor.
Saya
mau supaya jembatan itu segera dilakukan. Dan saya mau supaya proyek itu lewat
penunjukan secara langsung tetapi ada orang-orang tertentu sudah menunjuk.
Kalau Bupati buat ini emergency maka kasih saja ke pemborong ini yang kerja. Dan
saya tidak perlu buka siapa orangnya yang ditunjuk itu, dan akhirnya saya
bilang ke Kadis PU supaya ditenderkan secara terbuka. Dalam tender pun ada
orang yang intervensi lagi, dan Bupati tidak pernah tahu apa-apa. Intervensi
untuk memenangkan orang tertentu, tetapi saya yang disalahkan lagi bahwa saya yang
mengintervensi. Demi Tuhan dan saya tidak main-main dengan pernyataan ini. Ada
apa lagi, dan apakah semua pergerakan saya tidak ada yang benar ? Saya batuk
pun dibilang salah, saya mau bicara juga salah, saya tidak bicara juga salah.
Proyek itu ada tataran, bahwa kebijakan itu boleh kita ambil tetapi Perpres itu
harus kita ikuti karena itu adalah ketentuan undang-undang, kalau tidak saya
yang ditangkap. Makanya ada orang dekat saya yang tidak dapat proyek kemudian
marah-marah, dipaksakan, tidak ada dokumen tetapi paksa jadi pemenang. Yang
kena adalah saya dan bukan yang bersangkutan. Itu yang saya jaga, kemudian saya
dibilang lagi bahwa saya ikut mengintervensi. Jika memang saya intervensi maka
buktikan itu, dan apabila saya intervensi maka saya memenangkan orang-orang
saya. Dan tidak pernah saya memenangkan orang lain, tetapi dokumennya yang tidak
lengkap, kemudian menang, lantas jadi persoalan, karena kita tidak pernah
mengikuti ketentuan di dalam Perpres.
Jadi
ada kebijakan, tetapi kebijakan masalah proyek itu tidak bisa dilakukan karena
menyimpang dari ketentuan yang ada. Tahun 2014 nanti akan kita buka luas, dari
Marauke atau dari mana saja bisa ikut tender di Lembata kecuali dari luar
negeri.
Tetapi apakah kita sudah siap atau belum ? Kalau
kualitas proyek tidak bagus lalu teriak Bupati juga. Jadi tidak ada monopoli di
sini dan Perpres juga tidak membenarkan adanya monopoli.
Orang dapat ya… dapat dan kebetulan dia dapat dan bukan
karena disuruh oleh Bupati. Orang-orang lokal juga memakai bendera dari luar,
jadi orang-orang luar semua yang masuk. Saya sudah tegur Kadis PU, buatkan
aturan tentang tidak boleh ada kuasa direktur selama satu tahun. Jika dia kuasa
direktur maka perusahaannya tersebut minimal telah berjalan selama tiga tahun,
dan bukan mau dapat proyek di :Lembata baru dibuatkan surat kuasa direktur.
Jadi Bupati tidak pernah melakukan intervensi, dan
apabila saya intervensi maka saudara Nazir Laode yang menang. Tetapi faktanya
tidak ada sama sekali.
Tetapi
saya tidak mau bicara di mana-mana, dan faktanya saya diam juga masalah apalagi
saya bicara ? Makanya saya pilih untuk diam, diam dan berkonsentrasi mencari
uang untuk membangun daerah ini. Pada saat saya bicara di luar tentang apa yang
saya bawa dalam APBN, saya dipanggil lagi untuk klarifikasi. Dan apa salah
apabila jalan di Baja sana saya omong dengan masyarakat ? Apa salah dengan
pelabuhan laut dan apa salah dengan bandara yang mendapat dana 30 miliar lebih
? Kemudian saya dipersalahkan lagi bahwa kenapa Bupati omong di masyarakat
seperti itu ? Undang-undang 32 juga mewajibkan Bupati menyampaikan informasi
pembangunan, lantas saya disuruh untuk tutup mulut dan tidak boleh melalukan
apapun ?
Untuk
diketahui, bahwa saya sudah lepas tangan dan tidak mau ikut campur tentang
semua proyek tersebut, supaya pembangunan bisa berjalan. Jadi jangan coba-coba
orang datang ke saya.
Kalau
orang bilang bahwa ada fee proyek untuk Bupati, maka saya minta carikan bukti
dan bawa datang ke saya, tidak usah pakai demo lagi. Sampaikan saja ke KPK,
saya siap dan bertanggung jawab, konsekuensinya jelas. Secara pribadi saya
tidak mau datang ke Lembata lagi, dan untuk apa saya ke sini dengan situasi
yang seperti sekarang ? Jadi saya perlu sampaikan kepada para tokoh masyarakat
yang ada, yang sudah mengaku diri sebagai tokoh, saya ini tolong dikasih
contoh, panutan tokoh itu seperti apa ? Jangan tokoh lalu saya dibuat
harabiru-harabiru lalu saya mau hargai siapa lagi ? Siapa yang bisa saya ajak
untuk berkonsultasi ? Tidak ada orang di Lembata yang bisa saya ajak
berkonsultasi karena belum konsultasi saja sudah bocor. Saya harus bongkar
semua di sini supaya biar semua tokoh ini tahu, bahwa Yance ini serba salah, salah,
dan salah, tidak satupun yang benar pada Yance. Kalau saya salah maka saya
mohon maaf, dan besok saya sudah ke Mendagri untuk minta mundur dari Bupati.
Saya capek untuk memimpin ini Lembata jika dengan cara seperti begini. Pada
saat saya giat di mana-mana dan omong tentang Lembata, lantas orang-orang
datang dan buat kocar-kacir sehingga investor sudah mau kabur dari Lembata.
Dana APBN tidak mau turun lagi ke Lembata karena mereka dengar situasi di
Lembata seperti sekarang ini. Saya minta supaya semua memahami hal ini, selalu
yang disalahkan adalah Bupati.
Pada saat kepentingan tidak diakomodir, Bupati yang
disalahkan. Bupati dimaki-maki. Katanya
mau kasih uang ke Panitia dan saya minta data untuk memproses orang tersebut,
tetapi tidak ada yang mau kasih saya data, tetapi di luar orang begitu ramai
bicara tentang kesalahan Bupati. Dan saya minta para tokoh yang ada untuk
menjadi penetralisir keadaan seperti sekarang. Daya dukung yang saya butuh
adalah bukan soal politik semata tetapi saya juga butuh daya dukung dalam sosial
kemasyarakatan.
Supaya apa, supaya saya bisa tahu yang sebenarnya atau
yang obyektif, dan bukan cerita satu di sini sementara di sana panas, apalagi
ada tokoh yang kepentingannya tidak diakomodir di dalamnya, lalu marah lagi ke
Bupati. Dan saya omong terus terang, bahwa bukan cuma Bupati yang salah.
Saya
datang ke Lembata bukan karena saya Bupati tetapi karena saya tahu bahwa saya
bisa bangun Lembata ini, jika tidak untuk apa saya harus datang ke Lembata.
Maka sering di mana-mana selalu saya katakan, tolong manfaatkan saya dan bukan saya
manfaatkan orang Lembata selama lima tahun ini, karena tahun ke enam belum
tentu saya di Lembata lagi. Inilah luapan perasaan sebagai Bupati dan tidak
akan saya keluarkan perasaaan seperti ini lagi. Selama ini saya tidak pernah
mengeluh tentang apapun termasuk kepada istri saya sendiri.
Selama
ini saya selalu terima orang di rumah ini, lalu ada orang yang datang memaki
saya di rumah ini, seterusnya saya yang disalahkan lagi. Kalau sampai ada orang
datang ke rumah ini dan memaki saya dan memukul atau membunuh saya dulu baru
masyarakat bilang----Yah, lantas saya salah lagi ?
Tentang
demo, sampai sekarang belum pernah satu ormaspun yang meminta kita untuk
berdiskusi atau berdialog dengan Pemerintah Daerah. Setiap hari saya selalu
tidur dini hari, tetapi tidak pernah ada yang datang untuk minta dialog. Tetapi
itu juga masih tetap salah karena muatan kepentingan.
Menurut
saya, demo tersebut sebetulnya adalah ada kepentingan orang-orang tertentu yang
mau makar dan sesuai tuntutan mereka yakni mau menggulingkan Kepala Daerah,
lantas kita melarang orang lain untuk jangan berdemo ? Tidak bisa begitu, ada
aksi pasti ada reaksi.
Dan itu harus dibuka, tidak bisa kita tutup, masa orang
lain bisa demo lalu kita lain tidak boleh. Saya punya tanggung jawab penuh
terhadap suasana di sini. Tidak pernah saya perintahkan orang untuk demo,
bahkan kita redam seluruhnya.
Ada banyak SMS yang beredar tentang isu SARA, dan
kepada Kapolres pernah saya katakan, bahwa tidak ada satu pun orang Binongko di
Kedang yang bisa diganggu oleh siapa pun, dan itu menjadi tanggung jawab saya.
Dan SMS tersebut adalah liar yang mau memprovokasi pemerintah, jadi jangan
ditanggapi. Lantas orang bilang bahwa SMS itu datangnya dari Bupati.
Dan pada waktu sidang paripurna di DPRD, yang hadir
menonton bukan orang Kedang saja, tetapi orang-orang dari mana saja seperti
dari Paobokol dan sekitarnya yang menonton karena sidang itu terbuka dan dibuka
untuk umum. Jangan bilang bahwa Bupati yang datangkan karena mereka itu orang
Kedang. Mereka mau lihat sendiri suasana di Paripurna karena selama ini mereka
dengar Bupati dimaki-maki.
Menyangkut hubungan harmonisasi dengan Wakil Bupati,
selalu saja Bupati yang salah, bukankah Wakil juga ikut salah ? Saya sudah
berusaha, kalau saya sudah buka diri maka saya siap. Saya ini Bupati yang
bekerja sesuai dengan perintah Undang-undang nomor 32. Kesalahan saya hanya ada
pada undang-undang 32 dan bukan pada Tata Tertip DPRD. Tugas Wakil Bupati
sesuai dengan undang-undang 32, jika dibaca maka sudah sesuai dan harmonis. Mau
dipaksakan apa lagi karena Undang-undang sudah ada dan tinggal dibaca kecuali
ada tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.
Jadi bukan saya yang membuat masalah ini tidak harmonis
tetapi lihat orang lain juga. Tetapi semua itu seakan-akan Bupati yang salah.
Saya adalah orang yang punya tipe tidak membenci siapa
pun. Kalau mau membuat hubungan Bupati – Wabup jadi harmonis, bukan datang ke
Bupati, tetapi datangilah ke Wakil Bupati. Saya sudah siap dan pasti siap.
Hubungan dengan DPRD juga pemicunya bukan dari pemerintah dan saya tidak
mungkin buka di sini, nanti ramai lagi. Tetapi setiap kali paripurna, Bupati
dimaki terus, bahwa Yance bodoh, kurang ajar, pembohong, Yance sakit saraf,
lantas sebagai manusia saya terus menerima semua itu dan selalu sabar ? Saya
baik juga tetap salah apalagi saya salah maka tambah salah lagi. Saya tidak
membela diri apa pun, tetapi tak mungkin sebagai manusia saya tahan diri terus.
Sebagai pribadi Yance tak mungkin saya sabar terus. Dan selama ini saya menjaga
keseimbangan tersebut, tetapi semakin hari terus dipolitisir, belum lagi ada
orang mulai membakar suasana sehingga hasilnya menjadi luar biasa. Bagi saya
adalah biasa-biasa saja dan saya tidak mau melihatnya sebagai suatu suasana
yang luar biasa.
Untuk itu, saya minta kepada para tokoh untuk mendatangi
juga Wakil Bupati dan Ketua DPRD, dan Bupati akan datang ke rumah mereka bila
para tokoh sudah bertemu mereka.
Jadi saya minta tolong, jangan semuanya dititik-beratkan
pada seorang saya Yance, tetapi coba cari yang lain selama ini pernah salah
atau tidak ? Selama ini saya tidak pernah membuat pernyataan apa pun di koran,
karena selama ini saya omong juga salah. Setiap kali saya bicara selalu
diplesetkan, jadi saya tidak mau membuka opini apapun lewat koran. Terserah,
saya mau dimaki atau diapakan, saya terima saja.
Saya juga mantan DPRD jadi saya tahu hak imunitas itu
seperti apa. Sesuatu yang sudah dikatakan pidana, imunitasnya hilang. Saya juga
pernah buat Tatib DPRD. Tidak ada fungsi pengawasan dengan memaki-maki Bupati.
Jadi saya minta tolong kepada para tokoh yang ada,
kalau mau menurunkan saya dari jabatan sebagai Bupati, maka tidak usah
susah-susah lagi, tetapi pada Undang-undang nomor 32 jika dilanggar maka saya
sendiri yang mengantar surat pengunduran diri kepada Menteri Dalam Negeri. Ada
korupsi, silahkan disampaikan ke sana, saya bertanggung jawab sampai masuk
penjara sekalipun. Tetapi jika sampai tidak terbukti maka saya bisa menggugat
balik. Bila tidak ada bukti maka saya serang balik, karena pada saat saya
diserang, tidak ada orang yang membantu saya.
Jadi saya minta kepada para tokoh yang ada untuk
sama-sama kita jaga stabilitas yang ada di daerah ini, kita mengemas isu yang
ada dengan baik, dan kalau perlu panggil saya ke rumah, pasti saya menghadap
karena saya sebagai anak, tetapi jangan merekam suasana tertentu lalu
memanas-manaskan keadaan.
Menurut saya, kehadiran para tokoh di tempat rapat
tertentu juga tidak bagus, karena justeru hanya memicu keadaan bagi orang lain
yang tidak menghendaki pertemuan tersebut, dan tidak usah disangkal karena
koran sudah memberitakannya bahwa para tokoh memberikan dukungan terhadap demo,
dan apabila ada demo tandingan yang datang dan siapa yang mendukung lagi ? Dan
kita menjaga semua itu. Pada prinsipnya saya tidak mau suasana daerah ini
menjadi hancur karena ada demo berbalas-balasan.
13 tahun sudah cukup kita membangun dengan isu sampai
kita lupa membangun Kabupaten tercinta ini. Dan hari ini kita ambil isu
pembangunan dan jangan isu lain.
Saya pernah bilang kepada Panitia lelang bahwa
sebaiknya mundur saja dan tidak perlu ada lelang proyek di tahun ini karena
semua serba salah. Kalau memang aturannya jelas, maka masyarakat sendiri
menjadi panitia lelang saja, dan tidak perlu panitia dari PNS lagi supaya
masalahnya menjadi jelas. Dan kalau hal itu dilakukan, lalu apakah kita sudah
siap atau belum ?
Jadi kepada para tokoh, saya yakin ketokohan kamu
membawa hasil yang baik di lewotanah kita ini, dan saya sendiri belum masuk
dalam jajaran tokoh. Dan saya minta supaya yang merasa diri sebagai seorang
tokoh dan sebagai seorang panutan, saya mohon supaya mari kita bangun isu dan
kita mengemasnya untuk membangun daerah ini demi kesejahteraan masyarakat.
Demo damai boleh, tetapi jangan memaki-maki, nanti
orang lain tidak mau menerima semua itu, dan dampaknya sangat jelek. Seandainya
mau memberikan aspirasi maka datang saja ke kantor atau di rumah jabatan,
tetapi jangan sampai saya diperhadapkan dengan orang lalu orang lain memaki
saya. Dan tentunya saya tidak akan terima perlakuan seperti demikian.
Kewibawaan saya juga ada yang diatur dengan undang-undang tentang pejabat
negara. Beberapa ormas yang ada sudah pernah saya ajak diskusi tetapi demo
dengan cara memaki-maki masih terus dilakukan karena ada kepentingan tertentu
yang dimanfatkan orang lain.
Semua kekayaan pejabat negara setiap tahun dilaporkan
kepada KPK, dan saya pakai nama sendiri bukan nama orang lain. Mobil mewah
sudah sering saya beli, bahkan sebelum saya jadi Bupati, dan saya parkir pun di
rumah saya dan bukan di tempat lain. Lantas saya dicurigai korupsi. Kalau saya
laporkan orang yang mencurigai itu, nanti saya dibilang lagi bahwa Bupati
Lembata tukang lapor.
Saya ke Jakarta saja selalu dicibir bawa tas penuh
dengan uang, dan saya sendiri jadi malu kalau bawa tas. Mana mungkin saya
simpan uang dalam tas ?
Dan kepada para tokoh saya minta supaya tolong
jernihkan pola pikir orang-orang tersebut, dan apabila punya data maka tak
perlu ribut-ribut tetapi laporkan saja ke Polisi atau ke KPK.
Sampai saat ini saya tidak pernah menjual pejabat yang
ada seperti masalah desalinasi air minum di Bungamuda, atau masalah Jober
sekalipun. Dan saya tidak mau seperti itu.
Terus terang saya bukan takut dengan demo, hanya saja
bahwa akan menjadi tidak baik karena sudah pasti ada orang yang nyusup masuk
dan ingin berdemo dengan cara yang tidak bermoral.
Saya pertanyakan, apakah ada hasil yang diperoleh
setelah demo ? Hampir tidak ada sama sekali. Saya sangat setuju kalau ada
orangtua berusaha membentuk kelompok seperti yang ada sekarang lalu menyaring
dan mengemas isu yang ada dan selanjutnya berdiri secara netral atau jangan
memihak kelompok tertentu dan datang ke pemerintah untuk bersama-sama
mencarikan solusi terbaik untuk mengatasinya.
Tetapi semua itu saya terima sebagai konsekuensi
jabatan, karena mungkin ada orang yang tidak suka dengan saya atau mungkin juga
dulu tidak pernah memilih saya jadi Bupati, tetapi tiba-tiba datang kepada saya
sebagai pahlawan.
Mengenai pelebaran jalan dalam kota, tidak ada istilah
ganti rugi, yang ada hanya resertifikasi sesuai dengan petunjuk BPN. Saya juga
sudah capek kalau ada orang yang hendak menanam pohon di atas jalan yang sudah
dibuka. Biarlah kita bangun seadanya saja tetapi jangan mencotohi daerah lain.
Daya dukung kota ini ke depan akan ambur adul kalau
kita tidak mulai menata dan mengaturnya dari sekarang. Banjir sudah ada di mana-mana,
dan saya sudah sampaikan persoalan banjir tersebut ke Jakarta dan di Kupang
lewat hasil foto yang saya miliki.
Saya minta supaya beberapa pohon yang ditanam di
pinggir jalan tersebut jangan hanya menjadi simbol untuk melawan pemerintah,
orang lain juga bisa buat hal yang sama seperti itu. Saya khawatir nantinya
orang lain juga ikut tanam pohon serupa untuk melawan pemerintah dan mengundang
reaksi orang lain yang tentunya akan menjadi kacau.
Tetapi saya sudah berkoordinasi dengan Kapolres supaya
suasana seperti ini jangan lagi terjadi di daerah kita, biar masalahnya yang sekecil
apapun pasti tetap ditangani. Oleh karena itu, peran para tokoh yang ada bisa menjembataninya
supaya persoalannya menjadi tuntas. Kita tidak sembunyi dengan hukum, tetapi
bukan berarti harus teriak di mana-mana.
Apabila kelompok demo tersebut ingin berdemo dan saya
ada di Lewoleba maka pasti saya terima, tetapi jangan memaki-maki saya. Datang
dan sampaikan aspirasi, dan bila perlu kita dialog. Tetapi harus kita pilah,
mana yang menjadi kewenangan dan mana yang menjadi kebijakan. Kalau menyangkut
kebijakan maka bisa kita robah, tetapi kalau kewenangan maka itulah yang harus
saya pakai. Jadi tidak ada intervensi dari siapa pun. Silahkan berikan masukan
tetapi kewenangan saya jangan diintervensi. Saya tidak pernah melarang bahwa jangan
ada demo.
Masalah mutasi perlu orangtua ketahui bahwa, setiap
kali mutasi saya stres berat. Saya juga tidak suka ada titipan orang-orang
tertentu untuk dimutasikan sesuai harapannya. Tanya saja ke Sekda, bahwa hampir
90 % usulan Baperjakat saya setuju.
Saya punya kewenangan untuk menempatkan seseorang pada
jabatan tertentu, dan saya tidak akan omong lagi hal-hal yang sudah dikatakan
tadi. Dan saya minta supaya jangan membuat suasana menjadi kisruh. Sekalipun
setiap hari orangtua hadir di sini tetapi tak akan bisa selesaikan masalah.
Ada informasi yang beredar bahwa saya pernah dikasih
uang Rp. 50 juta, tetapi faktanya tidak ada. Saya perlu sampaikan semua ini
secara terbuka karena tidak ada orang yang bisa saya ajak cerita.
Terkait ada pertanyaan bahwa kenapa pertemuan harus
dilaksanakan di rumah jabatan, maka perlu saya jawab, bahwa Kapolres yang
memfasilitasi untuk sharing secara bersama, dan Bupati tidak pernah larang
kepada Kapolres untuk berdemo.
Masalah Bandara Wunopito akan segera diperluas dan dana
sudah ada dari Pemerintah Pusat, yang rencananya akan ditenderkan dari Pusat.
Sekali lagi saya nyatakan bahwa saya tak menghindari
demonstrasi. Tidak usah demo bentuk Pansus, tetapi kasih saja daftar kesalahan
saya dan mari kita konsultasikan bersama ke Menteri Dalam Negeri.
Tidak perlu bahas lagi kesalahan saya, karena saya siap
untuk mundur di hadapan Mendagri. Lebih baik bentuk Pansus yang lain karena
saya juga punya hak bela diri apabila semua sudah diekspos lewat jejaring
sosial, dan tidak usah ribut lagi dimana-mana. (Dami Dudeng/Humas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar