Total Tayangan Halaman

Rabu, 05 Juni 2013

DIKLAT PENGELOLAAN KEARSIPAN

Pendidikan dan Pelatihan Tata Cara Pengelolaan Arsip merupakan cerminan dari keinginan Pemerintah Daerah untuk memiliki arsiparis pemerintah yang dapat mengerti, memahami, dan mampu mengimplementasikan aturan-aturan yang tertulis dalam perundang-undangan kearsipan. Dengan demikian, kegiatan ini merupakan komitmen Pemerintah Daerah untuk terus meningkatkan pengetahuan para aparatur dalam mengelolah pengetahuan secara tertib, autentik, akuntabel, utuh dan bertanggungjawab dengan memperhatikan asas manfaat bagi organisasi dan masyarakat.
Penegasan ini disampaikan Asisten Pemerintahan Sekda Lembata Drs. Nico Padji Liaran saat membacakan sambutan tertulis Bupati Lembata pada pembukaan kegiatan Diklat Pengelolaan Kearsipan yang berlangsung di Aula Kopdit Ankara Lewoleba hari Senin, 03 Juni 2013.
Turut hadir pada kegiatan tersebut, Kepala Bidang Pembinaan Kearsipan pada Badan Kearsipan NTT, Dra. Elisabeth Lenggu, M.Si selaku nara sumber, Plt. Kepala Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Daerah, Pius Suban Raya, dan beberapa pimpinan SKPD Lembata.
Dikatakan, upaya membangun sistem kearsipan yang efektif, diperlukan sinergitas antara semua unit kerja (SKPD). Hal ini, demikian Liarian membeberkan, karena setiap instansi cenderung memiliki karakteristik dokumen sehingga komunikasi sangat diperlukan untuk membangun sistem kerja yang harmonis. 
Dengan demikian, lanjutnya.  dalam mengelolah administrasi kearsipan tidak hanya diperlukan ketelitian, tetapi juga sistem seperti pengkodean untuk membenahi tatanan kearsipan.
Kegiatan Diklat yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM aparatur tentang kearsipan dimaksud, menurut Liarian, harus dimengerti bahwa administrasi merupakan kebutuhan utama bagi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan. “Arsip merupakan aset yang berharga, bila arsip hilang maka aset pun akan hilang. Arsip merupakan saksi bisu dan tak terpisahkan dalam sejarah. Arsip memberikan kesaksian terhadap keberhasilan, kegagalan, pertumbuhan, dan kejayaan suatu daerah.”jelasnya 
Di hadapan para peserta yang merupakan utusan dari setiap SKPD Lembata, Nico Padji Liarian mengharapkan kesungguhan para peserta dalam mengikutinya. “Banyak hal yang akan berkembang dalam kegiatan ini melalui materi dan diskusi-diskusi yang nantinya akan saudara-saudara lakukan. Semua itu bermanfaat dalam menambah pengetahuan dan wawasan saudara dalam mengelolah kearsipan. Manfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya sehingga saudara-saudara nantinya dapat menjadi arsiparis yang handal dan profesional bagi daerah ini.”pintanya mengakhiri sambutan. ~ (Dami Dudeng/Pino ~ Humas)

TEMU TEKNIS PENINGKATAN PRODUKSI BERAS

Untuk membangun persamaan persepsi dan meningkatkan koordinasi, sinergitas program dan kegiatan antara dinas teknis pertanian dan lembaga penyuluhan pada tingkat kabupaten dalam rangka mendukung Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN), maka Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKP2) Propinsi NTT menggelar kegiatan Temu Teknis Penyuluhan Pertanian yang bertempat di aula Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian (BKP3) Lembata di Lewoleba, hari Senin 03 Juni 2013. Kegiatan yang menghadirkan peserta dari Mantri Tani, Pengamat Hama, Pokjanal Kabupaten, Pengawas Benih dan perwakilan dari kelompok tani se Kabupaten Lembata tersebut dilaksanakan selama dua hari, juga bertujuan untuk meningkatkan kerja sama antara unsur terkait di tingkat Kecamatan dan desa. 
Bupati Lembata dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Asisten Pemerintahan Sekda Kab. Lembata, Drs. Nico Padji Liaran mengatakan, untuk membangun ketahanan pangan khususnya peningkatan produksi beras merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan yang  bergizi dan seimbang bagi masyarakat. Dalam rangka mendukung ketahanan pangan ini, lanjutnya Liarian, maka  momentum kegiatan ini merupakan saat yang strategis untuk bersama-sama memantapkan upaya peningkatan ketahanan pangan nasional.

Dikatakan, sebagai bangsa yang besar, Indonesia sudah seharusnya secara mandiri dapat mencukupi pangan sebagai kunci ketahanan pangan nasional. “Komitmen pemerintah dalam membangun ketahanan pangan nasional diwujudkan melalui peningkatan produksi beras 10 juta ton pada tahun 2014. Sasaran ini perlu diupayakan dalam rangka memantapkan ketersediaan beras yang bersumber dari produksi dalam negeri.”jelas Liaran
Menurutnya, gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional merupakan upaya yang terkoordinasi untuk membangun pertanian yang tangguh dengan memasyarakatkan teknologi dan inovasi baru melalui upaya Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu. Untuk mencapai maksud ini, demikian Liarian menambahkan,  maka upaya yang ditempuh adalah melalui pendekatan agribisnis dan pedesaan terpadu dan berkelanjutan dengan berbasis sumber daya pertanian. Disamping itu kelembagaan pedesaan juga harus terus dibina, baik bagi penyuluh pertanian, perkreditan, pemasok sarana produksi serta pengolahan dan pemasaran hasil maupun yang berfungsi sebagai penerima yaitu kelompok pertanian dan koperasi.
“Kabupaten Lembata mempunyai wilayah agro-ekosistem yang menghasilkan berbagai jenis pangan, khususnya beras yang dikonsumsi masyarakat. Hal ini berarti bahwa setiap wilayah di daerah ini memiliki potensi untuk mengembangkan produksi beras. Untuk itu perlu terus dilakukan upaya peningkatan produksi, melalui upaya perbaikan infrastruktur pertanian, pengembangkan kelembagaan pertanian, revitalisasi penyuluhan, peningkatan pembiayaan pertanian dan pemasaran hasil pertanian.”tuturnya
Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Kepala Bidang Penyelenggaraan Penyuluhan BKP2 NTT, Nixon M. Balukh, SP, M.Si, Kepala BKP3 Lembata, Ir. Sipri Meru, Kadis Pertanian dan Kehutanan, Felix Bediona. 
Nico Padji juga menghimbau agar para peserta secara sungguh-sungguh memanfaatkan momentum Temu Teknis tersebut sebagai wahana untuk menemukan berbagai akar permasalahan yang selama ini menjadi penghambat peningkatan produksi beras di Kabupaten Lembata. “Melalui Kegiatan Temu Teknis ini juga kiranya saudara-saudara dapat merumuskan rekomendasi dan solusi yang tepat berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan mempertimbangkan kondisi lahan, iklim dan curah hujan yang ada di daerah ini.”harap Liaran. ~ (Dami Dudeng/Pino - Humas)

PEMBUKAAN LOMBA MINAT DAN BUDAYA BACA


Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Lembata menggelar Lomba Minat dan Budaya Baca tingkat Kabupaten Lembata yang betempat di Aula Puskopdit Ankara Lewoleba, hari Rabu 29 Mei 2013 berupa lomba bercerita bagi siswa SD dan SLTP serta lomba berpidato bagi siswa/i SLTA dan Aparat Desa. Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Plt. Kepala Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Pius Suban Raya, Kepala Bagian Humas & Teknologi Informasi Setda Lembata, Moses Museng Tukan, S.Sos, para Kepala Sekolah, guru pendamping dan dewan yuri. 
Kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan minat dan kebiasaan membaca bagi masyarakat sekaligus mempromosikan perpustakaan di kalangan pelajar dan masyarakat umum tersebut berlangsung sehari dengan kehadiran peserta sebanyak seratus orang yang dibuka secara resmi oleh Sekda Lembata Drs. Petrus Toda Atawolo, MSi.
Bupati Lembata dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Sekda Lembata mengatakan, faktor yang menyebabkan rendahnya minat baca anak-anak pada umumnya  didominasi media elektronik dengan tawaran metode audiovisual yang terus berkembang dari masa ke masa dan kurangnya dorongan dari orang tua terhadap anak-anak untuk selalu memanfaatkan waktu luang dengan membaca bahan-bahan bacaan yang berhubungan dengan dunia anak-anak, apa lagi menemani anak untuk membaca serta kurangnya fasilitas seperti perpustakaan dan bahan bacaan.  
Kenyataan ini, demikian Sekda menjelaskan, tentunya menjadi perhatian kita semua. Pemerintah Daerah dalam berbagai keterbatasan dan kekurangan, selalu berusaha agar sarana prasarana di bidang pendidikan terus kita tingkatkan sesuai kemampuan finansial di daerah kita. Hal ini sesuai dengan salah satu Agenda Pembangunan yang termuat dalam RPJMD Kabupaten Lembata 2011-2016, yaitu Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia, melalui program MARI MEMBACA untuk menuju LEMBATA CERDAS. 
Untuk itu, tambah Sekda Atawolo, hal paling penting saat ini adalah memotivasi dari kita semua agar anak-anak  kita  selalu membangun kebiasaan menghargai waktu, namun tidak semua orang dapat menggunakan waktunya secara bijak. “Coba saudara-saudara hitung berapa waktu yang saudara gunakan untuk sekolah, untuk membaca dan juga untuk diri pribadi saudara-saudara.”katanya. 
Lebih lanjut Sekda menjelaskan, waktu untuk membaca dilihat sebagai kegiatan ringan yang sebenarnya mudah dilakukan, namun membiasakan diri untuk membaca setiap hari adalah hal yang berbeda dan tidak mudah dilakukan. “Masih sedikit orang yang mempunyai target untuk membaca sekian buku dalam sebulan, dan masih ada sebagian orang yang menganggap membaca sebagai kegiatan yang membuang-buang waktu. Hal-hal ini terjadi karena mereka belum dapat melihat manfaat yang didapat dari membaca.”katanya.
Kepada Dewan Yuri yang melakukan penilaian dalam kegiatan tersebut, Sekda berharap agar menilai sesuatu secara obyektif sesuai dengan kenyataan yang ada, agar hasil dari penilaian dapat menjadi motivasi bagi peserta untuk meningkatkan diri secara lebih baik.
Sekda Atawolo juga mengharapkan, para peserta yang mengikuti kegiatan itu supaya tidak hanya membaca karena mengikuti perlombaan tetapi selalu membiasakan diri untuk membaca dan berupaya membudayakan manfaat dan kiat membaca. “Saya yakin dan percaya, suatu saat saudara-saudara dapat menjadi manusia Indonesia pada umumnya dan manusia Lembata pada khususnya yang merasa rugi jika tidak menyisihkan waktu setiap hari untuk membaca.”harap Sekda
Mengakhiri sambutannya, Sekda menghimbau kepada Panitia Penyelenggara agar setelah kegiatan perlu dievaluasi guna mendapatkan informasi berkaitan dengan keikutsertaan  peserta dari sekolah-sekolah dari berbagai jenjang pendidikan yang ada. “Untuk itu sangat dibutuhkan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait agar semua peserta dapat berpartisipasi dalam mengikuti perlombaan ini karena memiliki nilai yang sangat besar bagi perkembangan pengetahuan anak didik dan kita semua.”himbau Sekda mengharapkan. ~  (Dami Dudeng/Humas). 

KUNJUNGAN KERJA WAKIL BUPATI LEMBATA KE KECAMATAN ILE APE & ILE APE TIMUR

Wakil Bupati Lembata, Viktor Mado Watun, SH hari Senin, 20 Mei 2013 melakukan kunjungan kerja dalam rangka Rapat Koordinasi Pemerintahan Tingkat Bawah di Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur. Beberapa agenda penting yang dikedepankan antara lain tentang hasil temuan BPK, Inspektorat Propinsi dan Kabupaten pada 4 desa di Kecamatan Ile Ape, yaitu Desa Petuntawa, Amakaka, Laranwutun dan Kolontobo, yang oleh Wabup dipandang masih bermasalah untuk pengelolaan anggaran desa tahun 2012, sementara untuk Kecamatan Ile Ape Timur tidak ada desa yang bermasalah dari hasil pemeriksaan dimaksud. Sementara untuk tahun sebelum 2012, masih ada tunggakan temuan pada beberapa desa yang harus segera ditindaklanjuti seperti pelanggaran administrasi. “Mungkin saja ada Kepala Desa yang mengikuti Rapat Koordinasi di Lewoleba, tetapi SPPD yang belum ditandatangani, atau ada kegiatan tertentu yang dibiayai oleh desa tetapi bukti pembayaran seperti kwitansi belum ada. Jadi bukti fisiknya ada tetapi administrasi pendukungnya tidak dilengkapi. Dan hal itu harus segera diluruskan karena ke depannya intervensi pembangunan pemerintahan dan kemasyarakatan dari seluruh stake holder itu hampir semua kegiatannya berpusat di desa.”tambah Wabup Mado mengingatkan. 
Di hadapan para Kepala Desa Wabup juga mengharapkan untuk bisa membantu pemerintah tingkat atas dalam mencegah Disclaimer, dengan mengelola keuangan desa secara transparan dan dapat dipertanggungjawabkan tepat waktu. “Saya minta para Kades untuk tidak main-main dengan hal ini tetapi bisa membantu Camat dan Pemerintah Kabupaten agar bisa keluar dari disclaimer, atau mungkin kita bisa dikenakan pinalti oleh Depdagri, atau bahkan dana perimbangan kita dikurangi karena kita sudah tiga tahun berturut-turut terkena disclaimer.”pintanya.  
Kunjungan sehari pada dua Kecamatan tersebut yang masing-masingnya berlokasikan di aula Kantor Camat, Wabup mengatakan bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan ini ada proyek peningkatan jalan dan jembatan pada dua kecamatan yang ada, yakni ruas jalan dari desa Watodiri – Lamagute, Laranwutun – Napasabok dan pertigaan Petuntawa – Kolipadan. Oleh karena itu, kepada para Kepala Desa diminta untuk memberikan catatan kepada Camat dalam kaitan dengan wilayah-wilayah jalan kritis yang harus didahulukan pengerjaannya. “jadi Kades harus segera menginformasikan kepada Camat, Dinas PU dan Kontraktor pelaksana supaya didahulukan pengerjaan jalan yang kritis.”tegas Wabup Mado.  
Wabup juga menegaskan tentang ketiadaan biaya ganti rugi terhadap pelebaran ruas jalan dimaksud, sehingga para Kepala Desa diwajibkan untuk memberikan pemahaman kepada warga masyarakatnya. “jadi apabila ada warga yang menuntut bahwa ada pohon kelapa miliknya yang terpaksa ditumbangkan dan meminta ganti rugi, maka sekali lagi saya tegaskan bahwa tidak ada biaya ganti rugi karena tidak ada anggaran pembebasan tanah.”tambahnya.   
Proyek pelebaran jalan sesuai dengan RAP yakni akan dilakukan pengerjaan dengan lebar jalan 9 meter dan akan diaspalkan selebar 6 meter. Untuk itu, kepada para Kepala Desa yang hadir, Wabup mengingatkan agar segera dilaporkan kepada pemerintah tingkat atas untuk melakukan koordinasi dan pencegahan awal apabila kontraktor tidak mengikuti RAP yang ada. 
Agenda lainnya yang diangkat dalam kunjungan tersebut adalah perihal adanya keikut-sertaan beberapa Kades yang telah mendaftarkan diri sebagai Calon anggota Legislatif. Dikatakan, para Kades yang telah mendaftarkan diri sebagai Caleg melalui partai politik mana saja adalah haknya, akan tetapi, tambah Wabup, sebaiknya segera melakukan penyelesaian dokumen administrasi pemerintahan di desa secara tepat waktu dan melakukan proses pengunduran diri sesuai prosedur serta harus segera melakukan LKPJ pada desanya masing-masing. “Maju menjadi Caleg adalah hak, akan tetapi perlu juga melaksanakan kewajiban sepanjang masih menjabat sebagai Kepala Desa yaitu harus mempertangungjawabkan secara baik kepada masyarakat.”katanya. ~ (Dami Dudeng/Humas)  

KUNJUNGAN KERJA BUPATI LEMBATA KE KECAMATAN OMESURI & BUYASURI

Berkunjung ke SMP Negeri Omesuri

Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur dalam kunjungan kerjanya ke Kecamatan Omesuri hari Rabu, 15 Mei 2013, berkesempatan melihat beberapa lokasi yang dalam perencanaan akan dibangun SMU Negeri Omesuri, yang salah satunya berada dalam lingkungan SMP Negeri Omesuri. Setelah melakukan peninjauan calon lokasi dimaksud yang berjarak sekitar 1 km arah utara desa Balauring, Bupati bertatap muka dengan Kepala Sekolah, para guru dan semua siswa SMP Negeri Omesuri. 
Harapan para guru dan siswa mengemuka tatkala dua orang siswa diberi kesempatan untuk bertanya yang pada intinya memohon bantuan Bupati berupa seperangkat drum band dan air bersih untuk sekolah karena sejak berdirinya SMP dimaksud sekitar 20 tahun silam, para siswa diwajibkan membawa 3 liter air bersih setiap hari. 
Alhasil, gayung pun bersambut. Untuk kesulitan air bersih bagi sekolah, Bupati memerintahkan Kepala Desa Balauring untuk segera mengatasinya melalui program PAMSIMAS desa setempat. Sementara perihal drum band, Bupati Yentji pun tak segan-segan mengabulkannya sambil mengharapkan Dinas PPO Lembata untuk mengecek bantuan dari Pemerintah Pusat melalui Kementerian terkait. Dikatakan, apabila dari kementerian terkait tidak ada bantuan drum band, maka akan menjadi perhatian utama Bupati secara pribadi seraya mengharapkan agar serius untuk berlatih bila peralatan itu sudah tiba di sekolah. “Saya harap kalau drum band sudah dihadirkan di sekolah ini, maka seriuslah berlatih dan bukan sekedar memiliki alatnya saja, karena melalui latihan bersama akan tercipta rasa kekompakkan dan kedisiplinan.”harap Bupati.  
Dalam tatap muka tersebut, Sekretaris Dinas PPO Lembata Muktar Sarabiti diberi kesempatan untuk menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan rencana Pemerintah membangun SMA Negeri Omesuri. Dikatakan, ketiga calon lokasi yang sudah ditinjau oleh Bupati akan dilaporkan ke Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Menurut Sarabiti, setelahnya ada tim dari Kementerian terkait akan turun untuk melakukan survey dan melihat secara langsung calon lokasi yang letaknya lebih strategis untuk dibangun SMA Negeri, karena dananya bersumber dari APBN.  
Dijelaskan, sebelumnya ada pertanyaan dan keinginan dari masyarakat agar apakah pendaftaran calon siswa SMA Negeri Omesuri sudah bisa dilakukan tahun ini, Sarabiti mengatakan untuk sekolah negeri hal itu belum bisa dilakukan. “yang bisa adalah, pemerintah bangun gedung dan fasilitas sekolah lainnya dulu baru dibuka pendaftaran siswa baru, yang nantinya akan bersamaan dibangun dengan SMK Negeri Atadei di Karangora.”jelasnya.  

Tatap muka dengan para Kades 

Rangkaian kunjungan kerja Bupati dilanjutkan ke ibukota Kecamatan Omesuri di Balauring. Di hadapan para Kepala Desa, Ketua BPD serta tokoh masyarakat dan tokoh agama se Kec. Omesuri, Bupati Yentji membeberkan tentang rencana Pemerintah Daerah yang akan membangun SMA Negeri Omesuri serta Puskesmas Perawatan pada setiap Kecamatan yang fasilitas dan pelayanan medisnya sama seperti Rumah Sakit Umum Daerah. “Nomenklatur dari pusat adalah Puskesmas Perawatan, tetapi fasilitas serta pekerja medisnya setara dengan RSUD, jadi ke depannya tidak perlu berobat  ke Lewoleba lagi karena hadirnya Puskesmas Perawatan dimaksud.”jelas Bupati yang disambut tepukan tangan para kades.  
Hal senada juga disampaikan Bupati Lembata ketika bertatap muka dengan para Kades dan Ketua BPD se Kecamatan Buyasuri yang bertempat di aula Kantor Camat pada Kamis 16 Mei 2013. Bupati juga menjelaskan rencana Pemerintah Daerah yang akan membangun Wisata Rohani Muslim di Balauring berupa Miniatur Ka’ba. “Saya sudah bertemu dengan Jusuf Kalla, mantan Wakil Presiden RI, dan beliau setuju untuk datang dan membantu pembangunan obyek wisata rohani tersebut.”tuturnya. Oleh karena itu, demikian Bupati mengharapkan, apabila rencana tersebut diwujudkan, maka jangan ada persoalan tentang lokasi atau lahan.

Bertatap muka dengan SMP Swatsa Muda Karya 

Rombongan  Bupati Lembata yang didampingi Asisten Ekonomi Pembangunan dan Kesra Setda Kab. Lembata  Ir. Lukas Lipataman, Kepala Bagian Humas dan Teknologi Informasi Moses Museng Tukan, S.Sos serta wakil dari beberapa SKPD terkait, melanjutkan kegiatan serupa ke Kecamatan Buyasuri hari Kamis 16 Mei 2013. Di pagi yang cerah dan sedikit gerimis oleh hujan ringan pada beberapa wilayah sekitar, rombongan Bupati sempat menyinggahi SMP Swasta Muda Karya di desa Peusawa, sebagai almamater Yentji Sunur sejak di bangku SLTP. 
Di hadapan Kepala Sekolah, para guru dan seluruh siswa SMP Muda Karya, Bupati memberikan spirit kepada semua pihak untuk terus meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut, sambil mencurahkan perhatian kepada almamaternya dengan berupaya akan menghadirkan kain tekstil bermotifkan Kedang yang diperuntukkan kepada semua siswa dan seluruh karyawan sekolah. “saya hanya bisa membantu almamater saya ini dengan mendatangkan sejumlah kain bermotifkan Kedang untuk dijahit menjadi pakaian seragam sekolah, sedang ongkos jahitnya ditanggung oleh pihak sekolah. Oleh karena kain tersebut harus didatangkan dari Jawa maka harap bersabar sedikit, dan pasti jadi.”pesan Bupati mengharapkan.
Dari SMP Muda Karya, rombongan Bupati menlanjutkan perjalanan ke ibukota Kec. Buyasuri di Wairiang dan bertatap muka dengan para Kepala Desa dan Ketua BPD setempat. ~ (Dami Dudeng/Humas)

KUNJUNGAN DUA DEPUTI KEMENTERIAN PDT RI

Deputi I Bidang Pengembangan Sumber Daya, Agus Salim Dasuki dan Deputi III Bidang Pembinaan Ekonomi dan Dunia Usaha, Yeultowo J. Marcus dari Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) bersama rombongan dari Jakarta  melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Lembata hari Selasa 21 Mei 2013. Kedatangan rombongan Deputi KPDT tersebut dalam rangka  Koordinasi Teknis Pengembangan Sumberdaya Kawasan Terpadu Mandiri sekaligus melakukan survey lokasi di desa Nilanapo Kec. Omesuri dan desa Balurebong kec. Lebatukan. Kedua desa tersebut dalam tahun ini juga mendapatkan suntikan dana dari KPDT senilai Rp. 8.822.630.000 untuk pengembangan kawasan terpadu. 
Rombongan Deputi KPDT sejumlah 27 orang termasuk utusan dari Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, Darminto, Staf Ahli Bidang Ekonomi Sekretariat Kabinet, Darmadji, utusan Universitas Negeri Malang, Maskuri, Direktur ESDM, Ruminto dan dua Asisten Deputi serta beberapa Kabid dan Kasubid pada KPDT melakukan survey lokasi hari Rabu, 22 Mei 2013 dengan menempuh perjalanan Lewoleba – Balurebong melewati Kecamatan Omesuri selama 5 jam. Kondisi jalan berlumpur, becek dan licin tidaklah mematahkan semangat rombongan Deputi untuk melihat dari dekat calon lokasi yang bakalan untuk pengembangan peternakan, pertanian dan perikanan.
Pada tatap muka rombongan Deputi KPDT dengan seluruh warga desa Nilanapo dan Balurebong, Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur mengatakan, dari 144 desa yang ada di Lembata, justru desa Balurebong Kec. Lebatukan dan Nilanapo Kec. Omesuri yang dipilih sebagai desa sasaran pengembangan sumberdaya kawasan terpadu mandiri karena lokasi yang disediakan kedua desa tersebut mencapai 80 ha. Untuk itu, lanjut Bupati Yentji, semua masyarakat kedua desa tersebut harus berbangga dengan penetapan lokasi yang ada, yang pada tahun ini juga KPDT akan membantu sejumlah dana untuk pengembangan kawasan yang telah ditetapkan. 
Bupati menambahkan, masyarakat Lembata harus berbangga dengan upaya dari KPDT tersebut karena Kabupaten Lembata adalah salah satu dari enam Kabupaten di Indonesia yang menjadi model bagi Kabupaten lain dan mendapatkan perhatian dari Pemerintah Pusat melalui KPDT. Untuk itu, lanjut Bupati Yentji, sangat diharapkan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan semua program dari KPDT. 
Deputi I KPDT Agus Salim Dasuki dalam sambutannya mengatakan, desa Balurebong dan Nilanapo pada tahun ini juga akan mendapatkan sentuhan Pemerintah Pusat karena wilayahnya akan dilakukan pengembangan kawasan terpadu mandiri. “Mandiri disini berarti akan ada usaha ekonomis yang nantinya akan ada pendidikan dan kesehatan yang bagus dan ditunjang oleh infrastruktur yang memadai seperti jalan masuk desa dan antar kedua desa yang ada. Saya salut dengan Bupati Lembata yang begitu semangat menjadikan kedua desa ini lebih maju dari sebelumnya.”cetusnya. 
Tatap muka dengan kedua warga desa tersebut bertempatkan di Dusun Lepan Batan, sebuah dusun terpencil yang jarak tempuhnya bila berjalan kaki ke desa induk Balurebong menyita waktu 2 jam. Ikut mendampingi rombongan Deputi, Wakil Bupati Lembata Viktor Mado Watun, SH, tiga anggota DPRD dari Fraksi Golkar dan sejumlah pimpinan SKPD Lembata.
Kondisi jalan memasuki dusun Lepan Batan maupun ke desa sekitar sangat memprihatinkan ditambah belum terjamahnya listrik masuk desa, justru mengundang perhatian pihak KPDT untuk mengupayakannya. “Jalan yang rusak parah serta listrik yang belum masuk ke desa ini, akan menjadi prioritas kami untuk membantu demi pengembangan kawasan terpadu di desa ini.”jelas Dasuki yang disambut tepuk tangan warga desa. Dijelaskan, oleh karena wilayah desa Balurebong dan Nilanapo sangat terisolir dengan desa-desa lain, maka akan dibangun PLTS dengan memanfaatkan tenaga matahari. 
“Sekalipun dengan menggunakan tenaga matahari, yang penting ada listrik untuk desa ini, supaya masyarakat bisa menonton televisi dan berbagai kebutuhan lain akan energi listrik.”tambah Dasuki.
Lahan seluas 80 ha yang telah ditinjau tersebut nantinya akan dimanfaatkan oleh warga setempat untuk berternak sapi dan perluasan usaha pertanian secara moderen.. Untuk itu, pesan Dasuki, masyarakat diminta untuk tidak mengikat sapi di samping rumah, tetapi harus dikandangkan dan jauh dari permukiman. Sementara itu, tambahnya, kotoran sapi masih dapat dimanfaatkan untuk pembuatan biogas. “Biogas tadi nantinya akan digunakan untuk memasak, dan tidak perlu beli minyak tanah lagi.”katanya.
Deputi I juga mengingatkan bahwa pembangunan pada kedua desa tersebut tidak digeser paradigmanya, tetapi dimulai dengan pemberdayaan masyarakat. “Jadi pembangunan yang melibatkan masyarakat untuk memanfaatkan keunggulan lokal seperti jagung, dengan mengandalkan tenaga masyarakat yang ada sebagai pelaku utama dan bukan mendatangkan tenaga kerja dari luar.


Sementara Deputi III KPDT Yeultowo J. Marcus dalam sambutannya mengakui kualitas tanah milik masyarakat yang tanpa dipupuk serta iklim yang tidak ekstrim, tidak panjang kemarau dan tidak berlebihan hujan, sangat potensial untuk usaha pertanian dan peternakan. “Tugas kami adalah pertama mencermati peruntukan lahan di wilayah ini, dan akan dikembangkan infrastruktur yang bernuansa ketahanan pangan, entah untuk jalan usaha tani, irigasi atau jalan produksi. Dan juga ada bantuan-bantuan untuk memperkuat kelembagaan kelompok, entah dalam rangka pengembangan jagung, dan kita juga membantu dengan tekhnologi pengolahan jagung, mulai dari yang kasar sampai yang halus, lalu pengolahan kelapa seperti tempurung, kulit kelapa, air dan minyak kelapa, dan bisa juga pohon kelapa yang sudah tua dan tidak difungsikan, akan didesain dalam rangka pengembangan kelapa terpadu.”tuturnya 
Yeultowo juga berjanji akan membantu pembukaan infrastruktur pedesaan yang bernuansa ketahanan pangan dan mengusahakan dua traktor mini kubota untuk membuka lahan demi pembibitan awal seperti kacang panjang, jagung unggul dan lain-lain. ~ (Dami Dudeng/Pino - Humas)

Selasa, 04 Juni 2013

PENCANANGAN BULAN BHAKTI GOTONG ROYONG

Bupati : Wujud gotong royong bukan proyek dari pemerintah.

 Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur menegaskan, Bulan Bakti Gotong Royong jangan dipandang sebagai sebuah proyek pemerintah yang setiap tahun dilakukan, tetapi gotong royong ini sebenarnya sudah lama hadir di daerah kita yaitu bagimana kelompok-kelompok adat dan ulayat  waktu itu membentuk satu kesatuan yang kemudian membangun komunitas adat masing-masing. Dikatakan, di Kabupaten Lembata sesuai dengan yang tertulis pada logo daerah kita yaitu ada semangat yang namanya “Taan Tou”. Dan itulah bentuk solidaritas kita dan soliditas kita karena kita sama-sama mempunyai satu sikap bahwa Lembata ini adalah tempat kita semua.  Dengan semangat yang sama maka sikap gotong royong itu akan muncul dengan sendirinya. “Kalau kita berbicara tentang gotong royong maka kita singkirkan rasa iri hati, dendam dan benci. Yang ada hanyalah sikap cinta kasih dan wujud gotong royong itu bisa kita laksanakan dan bukan bagian dari proyek pemerintah.”tegasnya. 
Bupati Yentji menegaskan hal itu saat mencanangkan Bulan Bakti Gotong Royong X dan Peringatan Hari Keluarga Nasional XX tingkat Kab. Lembata yang berlangsung di desa Pasir Putih Kec. Nagawutung, hari Senin 13 Mei 2013.
Turut hadir pada kegiatan tersebut, Wakil Bupati Viktor Mado Watun, SH, Wakil Ketua DPRD Lembata Hyasintus Burin, Para Muspida, pimpinan SKPD, para Camat se Lembata, para Kepala Desa dan Ketua BPD se Kec. Nagawutung, dan seluruh warga masyarakat desa Pasir Putih dan desa-desa sekitar.
Bupati  mengharapkan, agar setiap pencanangan Bulan Bakti Gotong Royong, ada sesuatu yang berdampak di tengah-tengah masyarakat yaitu semangat kebersamaan untuk membangun Lembata. Ditambahkan, gotong royong berikutnya adalah kebijakan pemerintah desa, Kecamatan dan Kabupaten untuk aktif berpartisipasi. Menurut Bupati, di Lembata ini semangat gotong royong sudah dilakukan secara turun temurun dalam wujud sikap ikut partisipasi. Hak ulayat dan kelompok ulayat sangat kuat di tanah Lembata ini. Untuk itu, pinta Bupati, mari sama-sama kita tingkatkan hal itu untuk membangun. 
Untuk konteks yang lain yaitu pada saat kita membuka jalan, demikian lanjut Bupati Sunur, jangan ada persoalan tentang lahan ketika jalan mulai dibuka oleh Pemerintah. “Itu artinya kita belum memahami apa artinya gotong royong, partisipatif dan belum masuk dalam semangat taan tou. Oleh karena itu, perlu menghidupkan kembali komunitas adat kita. Bahwa semangat gotong royong ini ada karena adanya kesatuan komunitas. Di setiap desa pasti ada kesatuan komunitas adat dan ulayat yang membentuk jaringan dimana-mana untuk mengajak orang dalam mambangun,dan itulah bentuk soliditas ini yang dinamakan dengan gotong royong. Karena satu identitas, satu kesamaan visi, dan satu kesamaan sikap. 
Semangat kekeluargaan juga adalah bentuk gotong royong yang dimulai dari dalam keluarga. Kalau hal ini dilakukan maka setiap hari minggu ke gereja, semuanya pasti diberkati. Tetapi apabila di rumah tak ada kasih dan hilangnya gotong royong maka sebaiknya tak usaha ke gereja. ”tambahnya.
Wakil Ketua DPRD Lembata Hyasintus Burin dalam sambutannya mengatakan, kiranya dengan momentum peringatan bulan bakti gotong royong ini semakin meningkatkan semangat dan motivasi baru kepada segenap masyarakat dan pemerintah kabupaten Lembata untuk saling menghadirkan sinergisitas yang semakin mantap untuk bersama-sama membangun daerah. 
Menurut Sintus, gotong royong merupakan warisan leluhur, hasil kreasi cerdas nenek moyang kita, yang berisi nila-nilai universal dan budaya yang adiluhung yaitu kebersamaan, kekelurgaan dan harmoni. Secara filofosfis, gotong royong merupakan kearifan yang dimiliki masyarakat kita dalam kehidupan bermasyarakat yaitu sikap saling tolong menolong yang didasari oleh semangat kekeluargaan, sukarela dan tanpa pamrih. Namun, semua itu, kini perlahan-lahan semakian meredup yang bukan hanya di kota tetapi juga di desa. “Semangat gotong royong masyarakat semakin berkurang karena masyarakat sekarang cenderung bersifat individualistis, sehingga ada anggapan umum bahwa hidup bebas dan tidak mengganggu kehidupan orang lain.”katanya. 
Kondisi riil lainnya, demikian Sintus menambahkan, seperti pola pikir agamais yang menjadi ciri bangsa ber-Ketuhanan, sekarang ini semakin bergeser oleh pola pikir materialis yang mengukur dan menilai sesuatu berdasarkan nilai material. Dikatakan, dalam kehidupan bernegara pun masyarakat kita yang dulunya menjunjung tinggi musyawarah untuk mencapai mufakat sebagai metode pengambilan keputusan, kini hanya mementingkan kepentingan pribadi atau golongan. “Berdasarkan kondisi riil tersebut, sehingga banyak orang mengatakan bahwa budaya gotong royong masyarakat kita mulai memudar, sehingga dapat dimaknai sebagai sebuah keprihatinan yang sangat mendalam.”tuturnya.  
Sintus juga mengharapkan kiranya budaya gotong royong harus terus dipertahankan dalam kehidupan sehari-hari agar tidak luntur oleh kemajuan zaman. “Contohnya, berbagai upaya yang dilakukan untuk mempertahankan dan melestarikan budaya gotong royong seperti bentuk partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan di desa.”tambahnya.
Mengakhiri sambutannya, Wakil Ketua I DPRD ini menegaskan, semoga dengan kegiatan tersebut semua pihak dapat bersatu dan bergandengan tangan untuk saling memberikan koreksi yang positif sehingga keinginan kita untuk melihat Lembata yang tersenyum dapat terwujud. (Dami Dudeng/Pino - Humas)